Program Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih di Kabupaten Karangasem

Di bawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali, Wayan Koster dan Cok Oka Sukawati pembangunan Bali diselenggarakan dengan Visi “NANGUN SAT KERTHI LOKA BALI” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju BALI ERA BARU.

https://youtu.be/l9O4fRIVie8

Salah satu Program Prioritas yang sangat penting dan strategis dalam Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali adalah Program Pelindungan Kawasan Suci Besakih. Pura Agung Besakih terletak di lambung Gunung Agung, merupakan tempat pemujaan utama, Pura Kahyangan Jagat terpenting dan tertinggi di Bali. Sejumlah teks susastra Bali, baik yang disurat dalam lontar maupun prasasti tembaga atau kayu, menyebut Gunung Agung dengan nama Tolangkir, yang berarti; “Dia Yang Mahatinggi, Mahamulia, sekaligus Mahaagung”.

Pura Agung Besakih mengalami sejarah perkembangan dalam Era 500 tahunan. Pada setiap Era, selalu ada pemimpin Bali yang mempunyai komitmen kuat menjaga kesucian dan keagungan Pura Agung Besakih. Era Dharma Kauripan dari tahun 1 sampai 500. Dengan Raja Dalem Putranjaya yang didampingi Bhagawanta Nararya Sunya Wisnu Murthi. Bhagawanta Nararya kemudian dimuliakan di Pura Merajan Kanginan. Era Anda Bhuwana dari tahun 501 sampai 1000. Dengan Raja Dalem Jaya Kasunu serta guru suci Rsi Markandeya, disusul dengan pemerintahan Raja Sri Kesari Warmadewa dengan tokoh spiritual Mpu Sumeru yang dilanjutkan sosok suci Sang Kulputih. Mpu Sumeru lantas dimuliakan di Gedong Meru Tingkat 11 di Pura Catur Lawa Ratu Pasek. Era Padma Bhuwana dari tahun 1001 sampai 1500. Dengan Raja Sri Dharma Udayana Warmadewa bersama permaisuri Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni yang didampingi Bhagawanta Mpu Kuturan, disusul sang adik bungsu yang bernama Mpu Baradah. Tradisi susastra Bali mencatatkan, dari titik di timur laut (ersanya) kawasan Besakih inilah Mpu Kuturan melihat Bali secara menyeluruh 360 derajat, sehingga dapat merancang penataan ulang kawasan suci Besakih dan tata ruang Bali secara menyeluruh dengan konsep Padma Bhuwana secara tepat.

Sehingga Bali menjadi mataksu, memancarkan aura positif yang kuat ke seantero penjuru dunia. Atas jasa tersebut, Mpu Kuturan lantas dimuliakan di Pura Paninjoan dan di Pura Silayukti, Kabupaten Karangasem. Adapun Mpu Baradah dimuliakan di Pura Merajan Kanginan, Besakih. Era Pangider-ider Cakra Bhuwana dari tahun 1501 sampai 2000: Dengan Raja Dalem Batur Enggon

g yang didampingi Bhagawanta Danghyang Mustika, lalu dilanjutkan oleh Purohita Danghyang Nirartha.

Tonggak Bali Era Baru dari tahun 2001 sampai 2500: Dengan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali menuju Bali Era Baru, merupakan era pengembalian taksu kesucian Besakih sebagai Hulu Padma Bhuwana Bali dan kesucian Bali, di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster bersama Wakil Gubernur Cok Oka Sukawati. Dengan didampingi Bhagawanta Ida Shri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa.

Pura Agung Besakih disebut sebagai “huluning Bali Rajya”, hulu Kerajaan Bali, sekaligus juga “madyanikang bhuwana”, pusat dunia. Karena itu, Besakih pada masa kerajaan Bali Kuno dikategorikan sebagai kawasan hila-hila hulundang ing basukih, yang berarti kawasan suci tempat memohon kerahayuan hidup (basuki) di hulu Bali, yang dilarang, dipantangkan (hila-hila) untuk dilalui atau dimasuki secara sembarangan oleh siapa pun.

Pura Agung Besakih merupakan kawasan suci besar yang terhampar seluas kurang lebih 7 kilometer persegi, sekaligus berundak-undak. Pura Agung Besakih mencakup gugusan 117 unit pura, yang terdiri atas: 22 Pura Uttama; 4 Pura Catur

Lawa; 14 Pura Padharman; 4 Pura Jajar Kemiri; 36 Pura Dadya/Merajan; 8 Pura berkaitan dengan Pura Dadya; 8 Pura Subak Abian; dan 21 Pura Kakuwub yang ada di Desa dekat Besakih, yang diyakini oleh masyarakat sangat terkait dengan keberadaan Pura Agung Besakih dan/atau Gunung Agung sebagai gunung tertinggi di Bali. Selain itu, Pura Agung Besakih juga mencakup 31 sumber Tirta Suci, yang juga merupakan Pura Patirtan/Beji. Karena itulah Pura Agung Besakih merupakan pura terbesar, tidak hanya di Bali, juga di seluruh nusantara, bahkan di dunia.

Adapun 22 palebahan (unit) Pura umum terdiri atas: 17 Pura Pangider; 4 Pura Catur Lokapala sebagai manifestasi empat kemahakuasaan Hyang Widhi Wasa; dan 1 Pura Uttama, yakni Pura Panataran Agung Besakih.